Sekarang tanggal 29 Juli 2018, dua hari lagi tepat setahun sejak lahirnya Ahmad Ibrahim Risyad, tidak lain dan tidak bukan adalah seorang anak kicik yang sekarang sudah mengubah kehidupanku yang tadinya seorang cucu-anak-istri jadi ibuk gendot (please focus to "ibuk" word, instead of "gendot" word 😆)

Setahun kemarin-Hari Sabtu-adalah hari dimana seharusnya kontrol untuk minggu terakhir sebelum due date. Oh ya, untuk anak pertama ini total aku berkenalan dengan 4 obgyn. Dokter pertama adalah dokter yang menyatakan secara jelas bahwa aku beneran hamil. Namun ngga lanjut lagi dengan beliau karena kebetulan di minggu kelima aku flek habis dinas. Habis gitu random aja ke dokter yg lagi praktek di RS yang sama. Ternyata dapet info kalo dokter pertama tadi kan memang sudah sepuh ya, dan beliau pernah ketiduran waktu ada pasien konsul  di ruang praktek dongg. Mungkin sliut-sliut sementara kali yah. Tapi kan jadi was-was juga.

Dokter kedua adalah dokter yang mengawal proses kehamilan kemarin selama di Surabaya. Seandainya lahiran di Surabaya aku mau sama dokter ini juga. Namun karena udah planning dari awal kalo mau lahiran di Malang, jadilah cuma sampai minggu ke-36 konsulnya. The best obgyn ever menurutku. Orangnya cerewet sih, namun dia detail dan telaten sama pasiennya one by one.

Dokter ketiga adalah dokter yang diplanning akan membantu proses lahiran. Namun lama-lama ngga sreg dengan beliau karena durasi konsul tiap kontrol yang super singkat dan super ga detail. Beda banget dengan dokter kedua, apalagi karena udah kebiasaan konsul lama dan bisa nanya segala macem. Perkiraan HPL dokter kedua dan ketiga selisih satu minggu, lebih lambat yang ketiga. Di saat udah minggu ke-40 yang harusnya udah due menurut dokter kedua, menurut dokter ketiga dengan santainya masih disuruh nunggu satu minggu lagi. Tepat setahun kemarin, jam-jam malam begini kami cari second opinion dengan pergi ke dokter siapapun yang sedang praktek di RS Hermina. Ternyata dokter keempat ini setipe dengan dokter kedua dan perhitungan beliau harusnya aku juga udah due minggu itu.

Dan dimulailah hari-hari amazing jelang lahiran yang super cepat dan super random. Alhamdulillah sudah lewat setahun, banyak hal terjadi selama ini dengan segala plus minus dan suka dukanya. Perjalanan masih panjang, masih ada banyak cerita yang akan dibuat. Setahun yang mengajarkan banyak hal dan mengubah banyak hal juga. Kalau aku masih ada jeda antara nikah dan hamil. Itu aja rasanya masih nano-nano. Salut dengan teman-teman di luar sana yang sanggup beradaptasi dengan keadaan antara nikah-hamil-melahirkan dalam kurun waktu yang cepat dan berturut-turut. Anyway, I'm a mom now and my son is starting to be a toddler. Namanya hidup adalah proses. Aku belajar jadi ibuk, anak kicik juga belajar tumbuh jadi batita. Ngga ada yang sempurna, kami semua tumbuh dan berkembang bersama. Happy weekend everyone 😊
Rabu, 27 Juni 2018 adalah tanggal yang tidak pernah terlupakan. Bukan hanya karena hari itu Pilkada Gubernur Jawa Timur, melainkan karena tidak lain dan tidak bukan terjadi tragedi cireng di hari libur kejepit yang indah itu 😓.  

Aku udah dua kali goreng cireng siap goreng yang dibeli dari Superindo. Namanya cireng kriwil keju yang baru pertama kali aku beli dan cobain. Di hari libur yang indah itu aku mau habisin stok sekalian dalam dua kali gorengan. Gorengan pertama aman sentosa nyampe di piring. Gorengan kedua udah mateng, udah ditiriskan, kompor udah dimatikan, tinggal angkat dari tirisan ke piring. Namun ternyata tiba-tiba ada suara letupan dan mukaku panas!

Astaghfirullahaladzim..setelah loading beberapa detik aku baru realized bahwa ada minyak panas yang mbleduk dari penggorengan yang sudah dimatikan tadi dan muncrat ke muka. Namun ternyata bukan cuma muka yang kena, melainkan leher dan tangan juga kena. Untung pakai kaos panjang, jadi ngga merembet kemana-mana. 

Begitu ngaca, penampakannya masih kayak abis panasan di luar main layangan. Merah kayak kepiting rebus. Langsung browsing bagaimana penanganan pertama pada luka kena minyak. Rupanya harus diguyur air minimal 15 menit agar suhunya menurun. Lama-lama panik juga karena perlahan mulai keliatan ada beberapa bagian yang melepuh.

Di rumah sendirian, mas bojo udah mulai Senin dinas ke KL sampe Kamis. No kotak P3K, no keterampilan ekskul palang merah, ya udah deh ke apotik beli Bioplacenton naik motor sambil maskeran dan helman. Bioplacenton 15 gr hanya Rp. 18.500 saja ternyata. Bermodalkan salep itu seluruh bagian yang mulai jelas melepuh diolesi satu-satu.

Mau ngga mau tetep harus ngabari mas bojo dong kalo istrinya ini kena minyak panas di muka. Bisa pingsan kalo pulang-pulang dikasi pemandangan wajah belang blonteng. Sesuai dugaan doi panik dan bulak-balik melontarkan pertanyaan, "Lha kok iso?". Atas saran mas bojo untuk ke dokter, akhirnya habis maghrib berangkatlah ke dokter umum komplek. Tadinya mau ke dokter kulit tapi yakin ngga yakin, mengingat rumah sakit yang dituju agak lumayan juga jaraknya. Yaudahlah ya, setidaknya ada penanganan medis profesional  daripada cuma disalepi Bioplacenton.

Dokternya antara kaget dan setengah menahan tawa lihat penampakan mukaku. Dikasih antibiotik, antinyeri, dan salep kalau yang melepuh sudah kempes. Bagian yang melepuh tidak boleh diletuskan sendiri, dibiarkan saja sambil diolesi Bioplacenton berkali-kali.

Berhubung waktu itu Kamisnya mau pindahan kantor which is akan beberes dokumen dengan debu segambreng-gambreng ditambah lokasi baru yang masih direnovasi juga, akhirnya aku minta ijin pak bos untuk ngga masuk kantor dulu sampai agak mereda luka bakarnya. Kamis malam mas bojo pulang dan insist untuk ke dokter kulit besok paginya. Karena kondisi ngga kunjung membaik, kupikir mungkin perlu juga ke dokter spesialis.

Besoknya jadilah ke dokter kulit di RS Mitra Keluarga Waru. Dokternya tidak merekomendasikan Bioplacenton dan menyarankan untuk stop penggunaannya. Menurutnya Bioplacenton sudah kuno. Beliau meresepkan Burnazin Plus untuk pagi dan siang hari dan Mebo Oint untuk malam hari. Dokter juga meresepkan vitamin C, antiradang, dan air infus untuk kompres luka kalau bagian yang melepuh itu meletus. 

Ajaib, salep Burnazin Plus dan Mebo Oint itu ternyata jauh lebih ampuh daripada Bioplacenton. Burnazin Plus bertekstur seperti salep kulit biasa, bukan gel yang kalau mengering akan mengelupas-mengelupas seperti Bioplacenton. Penampilan mukaku jadi ngga sehoror kalau pakai Bioplacenton. Harga Burnazin Plus ini sekitar Rp. 72.000/35 gr. Namun di petunjuknya disebutkan bahwa salep tidak boleh dipakai lebih dari satu bulan. Sedangkan Mebo Oint bertekstur oily dengan bau minyak wijen dan berwarna kekuningan. Harganya sekitar Rp. 102.000/20 gr. Setelah penggunaan dua salep ini lama-lama bagian yang melepuh merembes dengan sendirinya. Ingat kata dokter untuk hanya menggunakan air infus untuk kompres lepuhan yang meletus, lama-lama aku menggunakan air infus itu untuk membersihkan muka sebelum menggunakan salep. Alhamdulillah seminggu sudah terkelupas semua bagian yang gelap menghitam dan digantikan kulit baru. Hingga saat ini masih ada beberapa bagian yang warnanya berbeda dengan kulit sekitar (ada yang putih, hitam, dan merah). Tapi setidaknya sekarang tinggal masa pemulihan lah, walaupun memang ini butuh waktu lama untuk bisa kembali normal.

Jadi, penting sekali buk ibuk untuk sedia kotak P3K di rumah. Luka bakar, luka gores, siap sedia untuk penanganan pertamanya ya. Apalagi kalau ada anak-anak dan balita di rumah, kayaknya wajib ain deh. Dan juga kalau mau goreng cireng buk ibuk, mending didiemin dulu dari freezer sebelum digoreng. Dibelah dulu kalau perlu, apinya jangan gede-gede, dan lebih baik wajan ditutup. Sekalipun sudah dimatikan apinya, tunggu dulu sampai beberapa lama sebelum diangkat. 

NB : Cireng jadi trending topic di kantor selama seminggu itu, hehe.
Tantangan 10 hari level #8
MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI
#Tantangan10Hari

#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial
#Day7
#4Jul18

Pasca lairan dan masuk kantor lagi, rutinitas kembali seperti semula, pun demikian dengan pemasukan dan pengeluaran. Bedanya, kali ini ada tambahan keperluan bayi seperti susu dan popok. Saya LDR dengan bayi saya sejak masuk kantor lagi karena pertimbangan belum ada nanny. Sementara anak masih kecil, dititipkan dulu bergantian ke rumah ibu saya atau mertua saya.

Di masa-masa ini saya mulai berkenalan dengan financial planning dan investasi lebih dalam. Thanks God ada teman kantor yang mengenalkan IG Jouska masalah financial planning dan portfolio investasi dalam berbagai bentuk yang membuat saya makin melek bidang ini. Shame of me kalau orang accounting ngga bisa memahami pasar modal, investasi, asuransi,dkk padahal di kuliahan juga ada mata kuliah dan sub bab pembahasan hal-hal tersebut 😐.

Sedikit demi sedikit saya banyak berbincang dengan suami saya tentang financial planning dan instrumen-instrumen keuangan tersebut. Saat ini kami dalam masa rearrange kertas kerja bulanan dan trial instrumen pasar modal kecil-kecilan. Saat ini kami masih fokus pada hutang cicilan dan pos pengeluaran tambahan per anak bayik dibawa ke Surabaya bersama dengan nanny. Plus tahun depan perlu renovasi rumah sedikit sebelum ditempati. Karena itu mulai saat ini perencanaan perlu dibuat makin jelas dan visioner. Dan yang paling penting, komitmen dan konsisten. Semangatt 💪😄
Tantangan 10 hari level #8
MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI
#Tantangan10Hari

#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial
#Day6
#3Jul18

Masa kehamilan berjalan bulan demi bulan hingga tanpa terasa memasuki bulan ke enam. Di bulan yang memasuki trimester ketiga ini saya memutuskan untuk membuat list barang-barang newborn baby dan busui apa yang perlu saya siapkan untuk kelahiran anak pertama saya nanti.

Kalau tidak salah bulan ke enam ini saya sudah mengetahui jenis kelamin anak saya. Menurut USG anak saya cowok. Yang terbayang adalah kalau anak cowok tidak terlalu ribet untuk urusan baju dan aksesoris, haha. Padahal kalo newborn baby mah bebas. Mau pake apapun tetep sama, dibedong dulu 😅

Di kertas kerja bulanan (saya sudah mulai bikin kertas kerja ala-ala sejak cicilan datang mendera setiap bulan) ditambahi satu sheet list kebutuhan bayi. Saya urutkan dari jenis kebutuhan, urgensi, dan estimasi harga. Waktu itu yang saya beli dulu adalah pompa asi elektrik mengingat saya adalah working mom dan pasti harus pompa asi untuk stok bayi. Pompa asi juga barang yang paling mahal dibanding lainnya. Kemudian baru sedikit demi sedikit beli baju, bedong, toiletries, kaos kaki, selimut, dll. 

Kemudian setelah hari H saya akhirnya menyadari tidak perlu beli toiletries, alat makan, handuk, dan selimut banyak-banyak, karena banyak sekali yang memberi kado barang-barang itu. Malah yang memberi kado kebutuhan ibu sangat sedikit. Saya jadi punya ide kalau mau memberi kado lahiran, ada baiknya mempertimbangkan untuk memberi kebutuhan ibu, karena di hari lahiran semua fokus pada bayi, biar si ibu agak hepi sedikit 😄.
INSTITUT IBU PROFESIONAL KELAS BUNDA SAYANG SESI #8

Tantangan 10 hari level #8
MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI
#Tantangan10Hari

#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial
#Day5
#2Jul18

Setahun menjalani LDM dan single income karena suami fokus mengerjakan tesis, saat itu pula setahun gundah gulana terkait visi kami untuk melanjutkan hidup ke depan di mana dan seperti apa. Sebulan-dua bulan setelah menikah, kami menyadari Jakarta sepertinya tidak bisa menjadi pilihan, mengingat tidak ada backup family di sana. Kalau sudah ada anak dan saya masih harus tetap bekerja, bagaimana cara membagi waktu di tengah hiruk pikuk Jakarta yang macet dimana-mana dan rumah yang pasti jauh dari kantor? Bisa-bisa saya resign agar waktu saya dengan anak nanti tidak terbuang.
Setelah kami memutuskan untuk kembali ke daerah asal, saya mulai mencari cara untuk bisa pindah cabang di dekat Malang. Surabaya masih bisa ditempuh dalam hitungan jam, maka kami berusaha untuk bisa ke Surabaya. Setelah satu tahun mendaki gunung lewati lembah dengan halang rintang yang beragam, alhamdulillah saya bisa pindah ke Surabaya, suami sudah selesai kuliah dan bekerja kembali. Yang tadinya kami single income bisa kembali double income cukup bisa membuat kami bernapas. Beberapa bulan setelah menata kehidupan di Surabaya, saya hamil. Kenyataan bahwa akan ada anak yang hadir dalam kehidupan kami, kami mulai bersiap-siap dengan segala sesuatu. Mulai dari fisik, mental, materi, kami siapkan selama masa kehamilan tersebut.
Bersamaan dengan masa kehamilan tersebut, kami mulai mengambil KPR dan cicilan mobil. Mengingat suami membutuhkan mobil untuk mobilisasi dari Surabaya ke kantornya di Gresik, dan kami rasa sudah saatnya menabung untuk rumah, maka kami memutuskan untuk mengambil KPR dan cicilan mobil tersebut. Terlepas dari berbagai pro kontra mengenai KPR dan cicilan, menurut saya keputusan finansial adalah masalah pilihan yang harus didasari kebutuhan dan pengetahuan yang memadai. Seiring dengan keputusan tersebut, maka harus siap dengan konsekuensi yang muncul.
Alhamdulillah untuk kontrol dokter obgyn dan persalinan dicover asuransi perusahaan. Jadi pemasukan yang sudah dipotong KPR dan cicilan dalam persentase yang cukup besar, dialokasikan untuk kebutuhan sehari -hari, cicilan CC, dan cicilan kebutuhan new born baby. Dan ternyata kebutuhan bayi baru lahir, apalagi anak pertama, cukup besar juga jika tidak dipersiapkan jauh-jauh hari. Postingan tentang kebutuhan perbayian dan perbusuian menyusul kemudian. 







The Beginning

Berawal dari penculikan ke grup nulis by Yuwan, temen-kantor-yang-masih-beda-bangunan-namun-nanti-akan-satu-bangunan, dibuatlah blog ala-ala ini yang masih blank banget mau diisi apaan 😆. Jangankan nulis opini dan bercerita di blog, nulis untuk hal yang mandatory (baca:kerjaan) aja rasanya malesss bgt, haha. Grup nulis yang dikasih nama : "NOLES rasah kakean alesan" ini isinya ada sekitar 14 orang dari berbagai unit yang ada di kantor. Sekarang adalah minggu pertama aku bergabung dengan grup ini, sekaligus masih trial belajar ngeblog *norakabis.

Tapi ya sudahlah ya, berhubung sesungguhnya ada tugas nulis juga dari grup sebelah, dijadiin satu aja kali ya disini. Walaupun isinya acakadut ngalor ngidul entahlah, hopefully my writing is useful and giving happiness for everyone who read this blog. Semangat 😉

Iniloh penampakan group icon whatsapp grup nulis kantor per hari ini :


Okeh, just write!


INSTITUT IBU PROFESIONAL KELAS BUNDA SAYANG SESI #8

Tantangan 10 hari level #8


MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI


#Tantangan10Hari

#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial
#Day4
#1Jul18

Setelah disibukkan dengan kertas kerja pernikahan dan acara pernikahan itu sendiri, mulailah lembaran baru kehidupan sebagai seorang istri, menantu, dan long distance marriage warrior 😄. Bulan-bulan pertama tentu bulan-bulan yang cukup sibuk dengan kegiatan adaptasi dari segala hal. Saat itu suami saya masih kuliah di Malang dan sebulan sebelum menikah memutuskan untuk resign dari pekerjaan agar bisa fokus mengerjakan tesisnya.


Sekali lagi, bagi saya pekerjaan adalah masalah pilihan dan passion. Keputusan untuk resign dan fokus tesis adalah hasil diskusi kami yang cukup panjang dan alot, mengingat bagi kami kuliah dan kerja sama pentingnya. Kuliah bukan hanya sekedar mencari gelar dan nilai, pun demikian dengan kerja juga bukan hanya sekedar mencari uang. Sekali keputusan diambil, seluruh konsekuensi yang melekat pun juga harus diterima.


Start from that day otomatis posisi kami adalah single income, bukan double income lagi. Jujur saja di setahun pertama pernikahan adalah masa-masa yang cukup challenging bagi kami sebagai suami istri LDM yang harus mengejar target lulus kuliah dengan kondisi keuangan yang tidak seperti dulu lagi. Nampaknya perencanaan keuangan rumah tangga tidak bisa diterapkan pada kondisi yang menurut kami belum ideal saat itu. Tapi setelah saat ini saya melihat lagi, pemikiran itu justru salah besar. Justru ketika kondisi tidak ideal seperti itu, perencanaan keuangan harus dibuat dan dilaksanakan dengan benar agar kondisi yang tidak ideal tadi bisa berjalan dengan baik di relnya. Pada akhirnya sih kami menyadari bahwa whatever it takes, financial planning is a must.
INSTITUT IBU PROFESIONAL KELAS BUNDA SAYANG SESI #8

Tantangan 10 hari level #8

MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial
#Day3
#30Jun18


Setelah empat tahun kerja dan empat tahun have a long distance relationship, pada akhirnya alhamdulillah melangkah ke jenjang yang lebih serius (baik dari sisi kehidupan dan sisi keuangan 😆). Proses dari sejak memutuskan menikah sampai dengan hari H kurang lebih setahun. Dari lamaran sampai hari H ada sekitar sepuluh bulan. Itu adalah masa-masa dimana kondisi keuangan dan pengelolaannya diuji (termasuk masa-masa nano-nano jelang melepas masa lajang, *eh 😅)


Saat itu calon suami bekerja di Malang sambil lanjut kuliah. Secara penghasilan tentu ada beda antara ibukota dan daerah. Namun berapapun penghasilan kami, ada persentase yang wajib disisihkan untuk tabungan kawinan bersama. Salah satu alasan kami untuk jeda waktu yang agak panjang dari lamaran ke nikahan adalah agar bisa menabung dulu untuk modal acara nanti. 


Beda orang, beda background keluarga, beda lingkungan, dan beda skala prioritas tentu akan menghasilkan perbedaan konsep acara nikahan. Menurut kami acara pernikahan adalah acara keluarga besar, bukan lagi acara kami berdua. Namun demikian, kami pun juga memiliki impian atas acara permikahan kami sendiri. Berdasar hal tersebut, kami pun membagi sumber pembiayaan acara pernikahan kami ke dalam tiga porsi, yaitu porsi orang tua saya, porsi calon mertua, dan porsi kami berdua.Dari sinilah kertas kerja nikahan dibuat dan saatnya excel beraksi 😂


Kami merinci seluruh item pengeluaran untuk pernikahan, acara per acara. Ada part akad nikah, part temu manten, dan part resepsi. Masing-masing acara dirinci lagi terdiri dari pengeluaran apa saja. Mulai dari gedung, catering, undangan, souvenir, dsb. Dari tiap item tersebut akan diprorate berdasarkan jumlah undangan masing-masing pihak. Mungkin untuk detail lebih lanjut akan diposting di postingan terpisah. Yang jelas sejak persiapan pernikahan itu alert untuk bisa lebih mengelola dan bertanggung jawab atas keuangan diri sendiri makin kenceng. Menandakan bahwa skala prioritas dan kebutuhan keuangan dalam berkeluarga makin meningkat levelnya 😄


Satu tahun dilalui dengan perencanaan dan penganggaran acara sampai realisasinya yang cukup bikin capek tapi seneng tapi deg-degan tapi ga sabar tapi takut..banyak lah pokoknya..haha. Karena saya dan calon suami sama-sama berasal dari background accounting, rasanya lebih mudah untuk mendiskusikan masalah kertas kerja nikahan ini. File excel itu dikirim bulak balik by email untuk saling koreksi dan saling update kalau ada tambahan informasi satu sama lain. Apalagi kami berjauhan kota, dan dari semua pihak (CPP-CPW-bapak-ibu-mertua)hanya saya si calon pengantin wanita yang berdomisili di luar Malang dan tidak bisa langsung in touch dengan perkembangan di sana (padahal dimana-mana biasanya CPW yang super rempong urus sana sini ya cyin 😆).


Petualangan pengelolaan keuangan pasca nikah akan berlanjut di postingan berikutnya.
INSTITUT IBU PROFESIONAL KELAS BUNDA SAYANG SESI #8

Tantangan 10 hari level #8

MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial
#Day2
#29Jun18

Meneruskan postingan sebelumnya tentang pengelolaan keuangan selama delapan tahun terakhir, di tahun ketiga bekerja saya resign dari kantor lama dan pindah ke kantor baru dimana lokasinya juga cukup jauh (dari Jakarta Selatan ke Tangerang). Perpindahan domisili dari tengah ke agak pinggir cukup berhasil menekan pengeluaran hepi-hepi, namun masih belum cukup kuat membangun kesadaran untuk mulai mengelola keuangan dengan baik (jangankan investasi, menabung saja masih prioritas kesekian waktu itu 😐). 

Tahun pertama di tempat kerja yang baru adalah masa-masa harus tabah menahan godaan teman-teman kantor yang sudah mendapatkan tiket konsesi. Sebagai karyawan perusahaan airlines, tentu fasilitas yang didapatkan adalah tiket konsesi (a.k.a jatah tiket diskonan) untuk diri sendiri dan keluarga. Yang tadinya di kantor lama saya bepergian untuk bekerja, sekarang ada kesempatan bepergian untuk berlibur terbuka lebar. 

Dan bisa ditebak endingnya, aliran pendapatan larinya kemana. Setahun setelah PKWT selesai dan menjadi permanent employee, tibalah tiket konsesi yang ditunggu-tunggu selama setahun itu. Saya dan teman-teman yang masuknya sebatch sudah merencanakan akan bepergian kemana dan mau apa. Memang untuk porsi tiket sudah beres, tapi jangan lupa untuk transportasi, akomodasi, makan, jajan, dan oleh-oleh. Itu semua kalau ditotal lumayan juga habisnya. Bisa dibilang yang tadinya tidak pergi kemana-mana dan tidak mengeluarkan uang, akhirnya jebol juga gegara mendampingi si tiket konsesi ini tadi, haha.

Kebetulan saat itu penerimaan karyawan baru di unit saya diadakan hampir bersamaan dengan jeda waktu yang tidak terlalu lama. Maka kami adalah generasi anak baru dengan background yang hampir sama : 2-3 tahun bekerja, single, doyan travelling karena tiket konsesi, young, wild, and free *eh ngga deng, becanda 😄

Ada group travelling ke tempat A. Bulan depannya ke tempat B. Terus bulan depannya lagi ada group lain yang pergi ke A juga. Terus kali lain dua group itu bergabung dan pergi ke tempat C. Gitu aja terus dimodifikasi bolak-balik. Intinya saat itu semua orang pasti punya jadwal bepergian dalam satu tahun, setidaknya sekali bersama dengan teman-teman. Apa kabar yang punya jadwal pergi tiga-enam bulan sekali? Tentu keuangan acakadut 😄. Sampai ada istilah waktu itu, ngga apa-apa deh ngga ada tabungan..udah ada tabungan konsesi (artinya uang sudah dipakai untuk issue tiket, tinggal diterbangkan dan dipakai jalan-jalan)

Dua tahun dalam ritme seperti itu, pada akhirnya tobat juga. Tidak lain dan tidak bukan karena kawinan boo. Will be posted later 😉
INSTITUT IBU PROFESIONAL KELAS BUNDA SAYANG SESI #8

Tantangan 10 hari level #8

MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI

#Tantangan10Hari
#Level8
#KuliahBunsayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
#CerdasFinansial
#Day1
#28Jun18

Untuk tema mendidik anak cerdas finansial sejak dini kali ini seharusnya saya masuk di kategori anak usia dini (< 7 tahun). Namun berhubung anak saya masih 11 bulan dan belum tahu soal uang sama sekali, jadi saya memilih untuk mengambil tantangan pengalaman diri saya sendiri untuk mengelola keuangan.

Kebetulan tantangan kali ini adalah dimulai di akhir bulan a.k.a waktunya gajian, dimana kertas kerja pengelolaan keuangan diupdate dan difollow up pelaksanaannya. Namun saya akan menceritakan mengenai pengelolaan keuangan ini secara berurut saja.

Jujur saja selama saya bekerja sudah 8 tahun ini, saya baru benar-benar bersentuhan dengan usaha pengelolaan keuangan pribadi di tahun keempat bekerja (which is too late). Itupun triggernya adalah pernikahan dimana momen tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Jadilah usaha pengelolaan keuangan baru jalan di tahun keempat dan sekalipun saat ini sudah jalan empat tahun dari pertama kali dimulai, pelaksanaannya masih super jauh dari kata sempurna. Masih banyak pelanggaran dan kebocoran di sana sini, sekalipun saya adalah orang dengan latar belakang accounting (what a shame 😑)

Tahun pertama dan kedua bekerja di Jakarta dengan lingkungan teman-teman yang sudah bersama-sama sejak kuliah hingga bekerja,jujur tidak ada pembatas sama sekali dalam hal keuangan. Masih baru awal-awal kerja dan lagi seneng-senengnya punya duit sendiri, tahu lah gimana rasanya jadi hedon sementara (jangan sampai hedon keterusan, amit-amit 😣). Dua tahun pertama saya bekerja di salah satu kantor akuntan publik Big 4 dan masuk dalam group plantation dan manufacture. Kebetulan pula klien yang kami audit adalah perusahaan yang berada di luar pulau. Saya harus merasakan berbulan-bulan melakukan audit di Sumatra dan hanya beberapa minggu di Jakarta untuk kembali lagi ke Sumatra. Memang gaji utuh karena hanya mengeluarkan biaya kos (yang tentu saja kamarnya kosong tidak ditempati hanya titip barang). Namun sekali ke Jakarta, berkantor di Jakarta selama beberapa minggu dan meet up dengan teman-teman itulah waktunya  uang di ATM mengalir deras keluar entah kemana.

Sebenarnya untuk profesi dengan background bidang saya, bekerja di kantor akuntan publik adalah salah satu profesi yang cukup menggiurkan dari sisi salary. Pun demikian dari sisi experience, business process, opportunity, saya rasa semuanya bagus dan berprospek ke depannya. Namun kembali lagi, pekerjaan adalah masalah pilihan dan passion. Dua tahun kemudian saya resign ke perusahaan airline sampai saat ini. Dan kalau diingat-ingat, tabungan hasil bekerja dua tahun pertama itu sungguh tidak seberapa dibanding pemasukan yang saya dapatkan selama dua tahun. Begitulah jadinya kalau keuangan diri sendiri tidak dikelola dan direncanakan dengan baik. Saya harus mengambil hikmah dari hal ini.