2 0 1 9 :

1. Renovasi rumah selesai, bisa pindah
2. Mulai hidup sehat
3. Mulai bergerak
4. Belajar home decor
5. Toilet training anak kicik
6. Holiday bertiga go somewhere
7. Belajar sabar
Beberapa minggu belakangan rasanya engap banget soal kerjaan. Karena satu dan lain hal bikin kerjaan jadi nano-nano belakangan ini, ditambah ada satu hal yang harus diurus ke bank bulak balik sehingga memakan waktu yang bikin waktu kerja ngga efektif. Long story short, I need some space for my personal reasons. Akhirnya terlintaslah ide kerja di coworking space.

Mungkin terdengar random sih ya, haha. Tapi aku butuh satu waktu yang ga diganggu siapapun di kantor dan konsen buat beresin beberapa list to do kerjaan dan my personal business. Akhirnya aku ngajuin cuti dan memutuskan untuk getaway ke coworking space. Hal ini didasari karena ga pengen kerja di kantor dan ga bisa kerja di rumah karena pasti keskip main sama bayik..hehe.

Pilihan pertama coworking space yang dicobain adalah Satu Atap. Petugasnya ramah sih. Aku nyobain jadi member dengan alasan sisa waktu bisa diakumulasi, jadi besok-besok kalo pengen getaway lagi bisa kesini. Cobain dulu kerja 6 jam disini.

Awalnya sih smooth. Namun kemudian ada suara orang jeduk2 memperbaiki sesuatu di atas. Ternyata ada satu bagian yang direnov di atas. Namun karena niat awalnya menyendiri, suara-suara ini lama-lama gengges juga. Jadilah kerja sambil nggerundel. Mau kabur juga nanggung karena sore udah ada janji ke RS. Yoweslah ditahanin sampai kelar.

Di samping ada semacam tenant-tenant penjual makanan ringan dan berat. Namun ternyata ngga sesuai harapan dan ada kucing yang ngikut di bawah meja..ergh. Trus di jam-jam terakhir ada nyamuk di meja 😑

Barusan kemarin aku nyoba tempat lain. Jadilah ke Sub Co di Spazio Building. Tempatnya formal sih, namun yang penting tenang dan nyaman. Bersih dan modern, dan juga tinggal sepelemparan batu dari mall. Ada area outdoor di bawah yang ngikut sama punya Spazio, lumayan buat stretching dan menghirup udara segar kalo udah bosen di meja. Mungkin lain waktu kalo mau kabur dari kantor bisa kesini lagi.

Ternyata ada gunanya juga getaway semacam ini. Buat aku sih ini penting buat recharge dan bernapas sejenak dari kondisi sehari-hari. Plus bisa ngurusin urusan pribadi tanpa ada rasa ngga enak ditanyain kiri kanan atau kedistract kerjaan ini dan itu 😄
Rencana playdate dengan temen kuliah sudah ada mulai lama, namun waktu dan tempat susah banget ketemuinnya. Akhirnya setelah bertaun lamanya direncanakan, berhasil juga playdate ke Kidzoona kemarin.

Kidzoona di hari libur sungguh seperti dawet sodaraaa. Dengan keterbatasan loker, tas-tas akhirnya bisa ditaruh begitu saja di atasnya. Dan kemarin yang paling bikin sebal adalah ada anak-anak usia SD yang main lari-larian dan battle pake sponge gede-gede sepanjang gagang sapu..alamaakk. Kan yang bayi dan balita jadi waswas gini emaknyaaa. Anak kicik merapat di kolam bola sih sebenernya udah cukup. Ngga perlu ke zona lain yang rawan kayak tadi. Tapi tetep aja sih..pemandangan yang rame dengan adanya gangguan-gangguan tadi cukup bikin sumpek.

Dan ternyata baru tau juga kalo jaman now traktiran ulang tahun ga cuma bisa traktir makan, namun juga bisa traktir main di kids playground macam Kidzoona ini 😆

Last but not least, poto dulu lah


Hari ini kebetulan mau ngajak anak kicik dan si bibik jalan-jalan makan bebek. Dan mas bojo punya ide gimana kalo ke Bangkalan makan bebek langsung di warung Bebek Sinjay yang asli. Jadilah agenda Hari Minggu berangkat pagi-pagi lewatin Suramadu untuk sarapan bebek 😆

Pulang dari Madura akhirnya si anak kicik bobok juga setelah heboh di perjalanan. Mau dengerin radio atau Spotify pasti gagal karena anak kicik lagi seneng-senengnya explore dashboard. Barulah setelah doi bobok kami bisa denger radio dengan proper.

Ada radio yang muterin lagu 90's up to now dan kebetulan tadi ada lagunya Rick Price yang Heaven Knows. To be honest aku anaknya agak jadul gaes, aku suka dengerin radio Kosmonita jaman SMP yang mana lagunya sering jaman old. Tahulah anak SMP juga masa alay taksir-taksiran. Jadi kayaknya kalo ada lagu jaman old suka jadi pengen ketawa kalo inget kebiasaanku di masa itu.

Nyari liriknya di Google dan sedih sendiri. Yang keinget adalah cerita pacar pramugari Lion Air yang jadi korban jatuh di Kep. Seribu kemarin. Mereka udah mau nikah tahun depan. Gimana hancurnya hati si pacar waktu denger berita itu yah? Huhu. Let's check it out

Heaven Knows
She's always on my mind
From the time I wake up 'til I close my eyes
She's everywhere I go
She's all I know
And though she's so far away
It just keeps gettin' stronger, every day
And even now she's gone
I'm still holding on
So tell me where do I start
'Cause it's breakin' my heart
Don't want to let her go
Maybe my love will come back some day
Only heaven knows
And maybe our hearts will find a way
Only heaven knows
And all I can do is hope and pray
'Cause heaven knows
My friends keep tellin' me
That if you really love her
You've gotta set her free
And if she returns in kind
I'll know she's mine
So tell me where do I start
'Cause it's breakin' my heart
Don't want to let her go
Maybe my love will come back some day
Only heaven knows
And maybe our hearts will find a way
Only heaven knows
And all I can do is hope and pray
'Cause heaven knows
Why I live in despair
'Cause wide awake or dreaming
I know she's never there
And all the time I act so brave
I'm shaking inside
Why does it hurt me so
Maybe my love will come back some day
Only heaven knows
And maybe our hearts will find a way
Only heaven knows
And all I can do is hope and pray
Maybe my love will come back some day
Only heaven knows
And maybe our hearts will find a way
Only heaven knows
And all I can do is hope and pray
'Cause heaven knows
Heaven knows
Heaven knows
Heaven Knows lyrics © EMI Music Publishing
Melanjutkan pengalaman naik angkutan umum, tahun ketiga saya bekerja di daerah bandara. Praktis motor dibawa ke tempat baru ini karena kendaraan umum susah sekali ditemui dan tidak ada akses yang cepat untuk masuk ke wilayah perkantoran di dalam bandara selain angkutan umum sejenis shuttle yang jam berangkatnya tidak pasti. Naik motor menjadi alternatif terbaik agar cepat dan tidak ribet sampai di kantor.

Ketika masih single, weekend adalah hari berkumpul dengan teman-teman. Kos yang menjadi basecamp waktu itu ada di Setiabudi. Saya menempuh perjalanan panjang cukup lama menggunakan KRL. Namun jika dibandingkan dengan naik bus, KRL relatif memudahkan karena kos saya dekat dengan stasiun. Dimulai dari parkir motor di Stasiun Tangerang lalu naik sampe Stasiun Duri. Kemudian transit naik KRL jurusan Jatinegara-Bogor yang melewati Stasiun Sudirman. Dari Sudirman jalan kaki sampai Setiabudi. Mungkin sekali jalan dari Tangerang ke Setiabudi bisa sampai 2 jam perjalanan. Itulah kadang yang membuat perjalanan ke kota terasa penuh halang rintang 😅.

Sesekali saya berkunjung ke rumah kakak di Cikeas. Itu perjalanan dari barat ke timur yang cukup effort. Dulu ketika masih kos di belakang bandara saya naik bis Damri dong dari terminal di bandara. Setelah pindah ke Kota Tangerang saya ke Cikeas dengan cara seperti rute tadi tapi dari Stasiun Sudirman naik Kopaja 19 ke Plasa Semanggi lalu lanjut bis Mayasari Bakti jurusan Cileungsi. Kadang kalau sudah menempuh perjalanan seperti itu lalu di bis ada pengamen yang menyanyikan lagu dengan syahdu rasanya bawaannya mellow deh. Semacam kenapa aku ada di sini, sendirian, jauh dari siapa-siapa, agak lebay si, tapi itulah adanya 😅. Sampai di Cikeas rasanya super capek deh 😆.

Pernah di beberapa bulan sebelum menikah saya kontrak di daerah Ciputat dekat Bintaro. Rutenya lebih ekstrim lagi kalau mau ke Cikeas. Dari kontrakan naik angkot atau motor ke Stasiun Sudimara atau Jurangmangu. Naik KRL jurusan Serpong-Tanah Abang turun di Tanah Abang. Turun Sudirman, naik Kopaja 19 ke Plasa Semanggi. Lalu naik Mayasari Bakti ke Cikeas. Yang bikin usaha adalah naik bis dari Tanah Abangnya karena harus bergumul dengan emak-emak dengan bawaan segambreng. Pernah bapak ibu sedang berkunjung ke kontrakan di Jakarta dan diantar suami ke Cikeas. Pulang-pulang mas bojo cerita kalau mereka tegang sepanjang perjalanan dan bolak-balik komentar kalau saya kasihan hidup di Jakarta dengan kondisi jalanan dan transportasi yang jauh kemana-mana, hahaha. Setelah itu mereka ngga pernah ke Jakarta sama sekali, ngga enak katanya 😆

Well setelah pindah dari ibukota memang saya tidak pernah berpetualang naik transportasi umum sih. Lebih dikarenakan karena ketika saya pindah, transportasi online sudah menjamur dan mudah diakses dari mana-mana untuk ke mana-mana. Mungkin kalau belum ada transportasi online akan ada tulisan Part Four kali yah 😄. Paling ke Malang dengan bis atau kereta Penataran yang relatif masuk akal jarak tempuh dibandingkan waktu tempuhnya. Jadi petualangan ngangkot ngereta ngebis yang aneh-aneh sudah cukup di masa rantau yang lalu lah ya 😅.
Gegara sekarang udah ada anak kecil di rumah, mulailah berburu lagu anak buat diputerin di TV biar ngga terbiasa pegang-pegang HP. Dari beberapa pengalaman sodara yang punya anak kecil, once mereka dikenalin HP dengan intens, pasti bakal susah banget lepasnya. Karena itu buat si anak kicik kami juga berusaha untuk ngga kenalin dia dengan HP sedari dini. Memang tidak bisa 100 persen, tapi setidaknya berusaha diminimalisir lah.

Yang sekarang sedang jadi idola adalah lagu Johny Yes Papa. Ini pun taunya juga gara-gara keponakan muterin lagu ini di rumah buat Risyad. Walhasil carilah lagu ini di Youtube dan didownload serta diputerin di TV pakai flashdisk. Lumayan buat alternatif tontonan Risyad daripada diputerin si bibik sinetron azab muluk.

Kurang lebih seperti ini liriknya :

Johny, Johny,
Yes papa?
Eating sugar?
No papa.
Telling lies?
No papa.
Open your mouth.
Ha ha ha!

(source : Wikipedia)
Keponakanku datang menginap ke rumah weekend ini. Kebetulan doi mahasiswa semester akhir yang sudah jarang jadwal kuliahnya. Lumayan banget buat nemenin si bibik biar ngga bosen di rumah. Si bibik biar hepi dan ada temen ngobrolnya.

Si keponakan adalah mahasiswi jurusan Bahasa Indonesia. Ada satu lagi keponakan yang ambil jurusan sama tapi baru masuk kuliah. Just wonder sih, apa yang bakal aku hadapi kalau aku memilih jadi mahasiswi jurusan yang sama yah? Mungkin aku akan sangat sering berhubungan dengan majas, karya sastra, istilah kebahasaan semacam diksi dkk yang mengingatkan pelajaran Bahasa Indonesiaku waktu SMA 😆. Pelajaran Bahasa Indonesia waktu itu justru jadi mata pelajaran cukup menegangkan karena guru yang mengajar punya standar cukup tinggi. Sistem pembelajaran dan soal-soalnya sophisticated, Bahasa Indonesia terasa jadi pelajaran yang sama susahnya seperti pelajaran ilmu pasti macam matematika fisika dan kimia 😑.

Sekalipun begitu, ada satu puisi di buku pelajaran Bahasa Indonesia waktu itu yang cukup iconic dan membekas di hati karena isinya menurutku dalam dan patut direnungkan. Di tengah dunia orang dewasa yang saat ini sudah mulai dijalani dan dirasakan asem manisnya, lirik-lirik puisi ini cukup menyentuh dan patut diambil hikmahnya.

Menyesal

oleh: Ali Hasjmi

Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju arah padang bakti
Akhirnya hari ini menjadi harinya. Ya, hari H si anak kicik dibawa ke Sidoarjo untuk tinggal bersama bapak ibuknya. Hari yang bersejarah mengingat kami sudah 15 bulan tidak tinggal bersama.

Hari ini kami bertiga bersama si bibik dan ibu mertua ke Sidoarjo dalam rangka pindahan. Ibu mertua sengaja ikut untuk mendampingi bibik agar tidak kaget dan mulai terbiasa dengan ritme keseharian kami. Bibik selama ini di rumah ibu mertua dengan squad yang cukup banyak. Ada bapak dan ibu mertua, anak kicik, dua keponakanku yang sudah kuliah, dan ada ART yang datang pagu pulang sore. Pagi siang masih ada ibu mertua dan mbak ART. Malam hari komplit. Masih ada beberapa orang yang bisa bahasa Sasak seperti si bibik. Itu akan sangat berbeda dengan keseharian si bibik nantinya. Aku dan si bapak kerja, si bibik berdua dengan anak kicik sehari-hari.

Kami berangkat jam 10 pagi alhamdulillah lancar. Tapi si bibik mellow bombay waktu pamitan sama dua keponakanku karena selama ini mereka sangat dekat. Begitu sampai rumah di Sidoarjo ibu dan si bibik langsung masak beberes dan ngepel rumah. Sementara aku bertiga kabur ke Super Indo dengan alibi cari beras 😅. Si anak kicik hepi dengan rumah dan suasana baru, alhamdulillah ngga muram.

Anak kicik muteerrrr terus dan dia baru tertidur jam 8 malam. Padahal dari sore baterainya yang tua udah kembang kempis, apalagi setelah mengalami perjalanan panjang berliku dan aktifitas yang cukup menguras energi di rumah. Welcome my boy dan bibik! Semoga si bibik betah dirumah ikut aku yahhhh



Setelah kuliah semester 1 naik angkot dengan konsekuensi pengeluaran membengkak akibat tarif yang dikenakan tidak lagi anak sekolah, tibalah saatnya saya naik motor sebagai alat transportasi. Itu dilakukan sejak semester 2 sampai lulus kuliah. Terbukti setelah naik motor pengeluaran berkurang drastis, namun sebenarnya alokasi lain yang bertambah, yaitu munculnya kredit sepeda motor.

Lulus kuliah saya kerja di Jakarta dan berkenalan dengan banyak jenis angkutan umum yang sangat bervariasi, mulai dari bis, KRL, ojek, bajaj, kopaja, metromini, taksi, dsb. Tahun pertama saya menjadi pelanggan setia kopaja 19 trayek Tanah Abang-Ragunan yang melewati kos di Bendungan Hilir dan kantor di Sudirman. Jaraknya sangat dekat, namun tidak mungkin juga jalan kaki (walaupun pernah dicoba dan itu cukup bikin jadi olahraga malam waktu itu). Trayek ini cukup banyak diminati, jadi ketika pulang tenggo, malah harus berebut untuk bisa masuk kopaja. Seringkali saya naik kopaja ini berdiri, baik berdiri di dalam atau di pintu kopaja. Untuk beberapa hal, saya lebih suka jika berdiri di pintu saja karena hemat waktu untuk naik dan turun 😆. Saya menggunakan kopaja selama 2 tahun pertama bekerja, untungnya mostly saya di luar kota, jadi tidak setiap hari juga berebutan kopaja dan berdiri di pintu kopaja.

Alternatif lain adalah menggunakan bus transjakarta. Trayeknya adalah Blok M-Kota. Namun jika naik bus ini selain lebih mahal (waktu itu kopaja 2.000 rupiah dan bus transjakarta 3.500 rupiah), setiap naik dan turun bus kami harus jalan dari pinggir jalan ke halte. Itu cukup menyita waktu dan tenaga, belum lagi kalau berangkatnya mepet. Berati harus lari-larian di saat orang lain jalan normal.

Sesekali saya ke tempat lain menggunakan metromini atau KRL. Di situlah seninya mencari alternatif transportasi. Tahun ketiga dan seterusnya saya pindah tempat kos dan petualangan mencari angkutan umum tetap tidak terganti.
Pertama kali naik angkutan umum seumur hidup yang masih bisa diingat mungkin antara mikrolet/dokar/ojek/colt. Sejak lahir sampai umur 8 tahun saya tinggal di Lawang, Kab. Malang yang waktu itu angkutan umum masih menjadi idola. Ada mikrolet LA (Lawang Arjosari) yang sampai sekarang masih ada dengan cat hijau mudanya, ada colt (semacam mobil diesel) yang rutenya mirip dengan LA tapi kayaknya agak lebih panjang, dan tidak lupa ada dokar (delman roda dua yang ukuran rodanya besar), dan ojek pengkolan. Di sana tidak ada becak, mengingat kondisi geografis yang mirip perbukitan dengan kondisi aspal jalan yang tidak terlalu bagus. Waktu itu saya masih terlalu kecil untuk bisa naik angkot sendiri. Oh ya, di Lawang ada juga lokasi tempat pemberhentian bus yang berangkat dari Arjosari. Lawang adalah kecamatan yang menjadi lokasi perantara Malang-Surabaya dan sering kali dilewati mobil luar kota. Karena jalanan di sana adalah jalanan yang menjadi penghubung antar kota dan antar propinsi, ditambah kondisi geografis yang naik turun, sering kali terjadi kecelakaan di daerah sana. Pengemudi yang melintasi daerah tersebut diharap ekstra hati-hati.

Pindah ke daerah Sengkaling di umur 8 tahun, saya mulai berkenalan dengan mikrolet BL (Batu Landungsari) berwarna ungu atau KL (Karangploso Landungsari) berwarna putih yang menjadi tandem saya ketika masih jaman sekolah menengah. Saya baru diijinkan naik angkot sendiri kelas 6 SD, sebelumnya masih diikutkan antar jemput. Rumah saya ada di Kab. Malang yang sangat dekat dengan perbatasan. Agak nanggung naik angkot ke Terminal Landungsari karena jaraknya cukup dekat. Setelah sampai Landungsari lalu oper angkot ke Kota Malang. Oper-operan ini yang kadang suka lama dan bikin malas.

SD naik BL/KL disambung AL (Arjosari Landungsari) atau GL (Gadang Landungsari). Waktu SMP, sekolah saya lebih jauh, sambungannya cuma bisa dengan ADL (Arjosari Dinoyo Landungsari). Bisa sih dengan menggunakan AL, tapi suka lama dan sering kali tidak mengantarkan sampai Arjosari. Padahal SMP saya termasuk SMP yang di rute hampir dekat ke arah Arjosari. Waktu itu angkot betul-betul idola dan ditunggu-tunggu kedatangannya. Jaman SMP saya sering main ke Sawojajar karena teman sekolah saya mostly tinggal di sana. Angkot MM yang ngetem di Klojen dan lewat Sawojajar pasti diperebutkan anak-anak sekolah sampai luber-luber. Yang jadi pe er dalam perangkotan ketika SMP adalah jadwal sekolah saya yang masuk siang selama 1,5 tahun. Pulang sekolah waktu masuk siang adalah jam 17.00 dimana rasanya sudah super malam sampai di rumah. Jarak SMP ke rumah cukup jauh, tiap hari paling cepat jam 18.00 sampai rumah. Sering kali jam 18.15 sampai 18.30 baru sampai rumah, karena kena waktu ngetem di Landungsari. Dan itu terjadi kelas 1 dan 2 SMP, yang mana anak baru lulus SD masih ada di jalan malam-malam karena keadaan, huhu. Kayaknya kalo itu terjadi di jaman sekarang bikin orang tua was-was mungkin ya, mengingat kondisi sekarang yang rawan tindak kriminal dimana-mana.

SMA sekolah saya lebih dekat daripada SMP tapi masih satu jalur. Tidak ada adaptasi lagi dalam perangkotan. Begitu pula dengan kuliah, yang jaraknya lebih dekat lagi ke rumah. Saya kuliah membawa motor, tapi di semester pertama sempat naik angkot beberapa bulan. Yang jelas ketika kuliah jika naik angkot mahal di ongkos, karena sudah harus bayar tarif orang dewasa, bukan lagi anak sekolah, hehe. Itu yang mendorong untuk segera bawa kendaraan sendiri, mengingat harus oper-oper angkot di Landungsari yang makin makan waktu dan biaya. Say bye bye to angkot...
Buat yang kelahiran sekitar akhir 80-an atau awal 90-an, di tahun 2000 awal pasti pernah denger lagunya First Love by Utada Hikaru yang jadi soundtracknya film dorama Jepang Terms for a Witch. Sesungguhnya udah lupa sih sama doramanya sendiri, habis ceritanya ngga mengenakkan untuk dilihat anak sekolahan waktu itu. Ceritanya tentang cinta terlarang antara Guru SMA cewe sama murid cowonya gitu deh. Karena menurutku (di kala itu yang masih jadi murid SMP) agak aneh dan ekstrim, jadi kuputuskan ngga ngikuti doramanya dan ngedengerin soundtracknya aja lah.

Kebetulan lagu ini liriknya mix bahasa Jepang dan Inggris. Sesungguhnya ngga ngerti-ngerti amat artinya apaan waktu itu, apalagi yang bagian bahasa Jepang. Namun demikian, lagu ini booming di masa-masa umur puberku, di saat mulai ngerasain first love juga, hahahaha #alaymodeon. Hayo ngaku deh yang seumuranku (terutama cewe2 sih, kalo cowo mah ngga kepikiran kali ya), ngedengerin lagu itu pasti bikin keinget taksiran di masa puber, hahaha. Let's check it out!

Lyrics from : https://www.lyricsmode.com/lyrics/u/utada_hikaru/first_love.html

Saigono kissu wa
Tabako no flavor gashita
Nigakute setsunai kaori

Ashita no imagoro ni wa
Anata wa doko ni irun darou'
Dare wo omotte 'run darou'

You are always gonna be my love
Itsuka dare kato mata koi ni ochitemo
I'll remember to love
You taught me how
You are always gonna be the one
Imawa mada kanashii love song
Atarashi uta utaeru made

Tachidomaru jikan ga
Ugoki dasou to shiteru
Wasuretakunai koto bakari

Ashita no imagoro ni wa
Watashi wa kitto naiteru
Anata wo omotte 'run darou'

Yay yay yeah

You will always be inside my heart
Itsumo anata dake no basho ga aru kara
I hope that I have a place in your heart too
Now and forever you are still the one
Imawa mada kanashii love song
Atarashii uta utaeru made

You are always gonna be my love
Itsuka dare kato mata koi ni ochitemo
I'll remember to love
You taught me how
You are always gonna be the one
Mada kanashii love song yeah
Now & forever ah...
Ini adalah hari pertama bapak ibuk anak berada di kota yang berbeda. Sebenarnya sudah ada rencana buat mengajak anak kicik dan si bibik pindahan ke Sidoarjo sejak akhir bulan kemarin. Tapi berhubung mau ditinggal si bapak dinas dua minggu, nanti saja diundur setelah si bapak selesai dinas, mengingat barang bawaan cukup banyak dan pekerjaan beberes yang sepertinya berkelanjutan pasca si anak kicik pindah ke sini.

Ini pertama kalinya kami bertiga berada di tempat yang beda-beda untuk jangka waktu yang cukup lama. Sempat sih beberapa kali, tapi itu pun cuma sehari waktu saya dinas luar kota. Sekarang akan ada dua weekend saya ke Malang sendiri dan kembali ke Surabaya sendiri.

Di rumah sendiri membuat flash back beberapa tahun lalu ketika memulai bekerja dan hidup sendiri. Tahun pertama dan kedua masih ada teman sekamar tapi kami sama-sama ada klien luar pulau berbulan-bulan. Tahun ketiga sampai kelima LDR. Tahun keenam LDM. Tahun ketujuh long distance sama anak kicik. Ini tahun kedelapan masih long distance sama anak kicik, soon to be nggak lagi lah. Sudah cukup. Apalagi dua minggu ini pencar-pencar semua. Cukup jadi penghujung cerita long distance lah ya.

Long distance jaman masih pacalan waktu itu masih dikelilingi temen-temen yang sesama single *dalam artian belum nikah, entah ada pacar atau tidak. Hari-hari selain ngantor juga diisi dengan kegiatan di luar kantor yang cukup beragam. Weekend masih bisa bangun siang dan doing nothing sampai sore cuma mandi sehari sekali 😆. Ketika menjelang masa kawin tiba (kebetulan teman sepermainan di kantor usianya ngga jauh beda dan hampir bersamaan nikahnya), muncullah jadwal kondangan kesana-sini. Sempet juga ada jadwal nganterin cari seragam, cari undangan, cari souvenir, jadwal akad, jadwal resepsi, macem-macem. Jaman masih gadis juga jaman masih bisa, sempat, dan mau travelling backpacker. Ada jadwal sama si ini, si itu, kesana, kesini. Bukan berarti sekarang ngga mau backpackeran lagi, tapi sepertinya harus ditahan dulu sampai anak sudah bisa diajak backpackeran juga 😄

Long distance waktu sudah menikah tidak jauh berbeda dengan masih pacalan. Bedanya jadi lebih sering pulang atau dikunjungi daripada sebelumnya. Kegiatan sehari-hari sama saja dengan waktu masih single semasa bukan jadwal kunjungan. Sempet ada istilah jomblo wilayah juga waktu itu. Ketika waktunya berkunjung barulah rasa rumah tangga itu ada 😅. Pun demikian dengan hubungan ke mertua atau keluarga besar suami. Masih belum nge-blend karena masih super jarang ketemunya.

Kalau long distance waktu sudah ada anak dibahas lain kali deh. Nanti makin mellow ngga bobok-bobok. Anyway, enjoy this Sunday night everybody!
Wanita dengan bermacam perubahan fase kehidupan sangat mungkin mengalami perubahan fisik dan mental. Wanita yang dituntut untuk multi tasking, beradaptasi dengan cepat dalam segala keadaan yang sedang dihadapi, dan bermacam pekerjaan rumah ataupun di luar rumah yang harus diselesaikan, memberikan pressure yang nyata bagi seorang wanita.

Mommy wars muncul akibat kurang bijaksananya seorang ibu dalam menyikapi fenomena sesama ibu. Padahal sama-sama seorang ibu, tetapi entah kenapa malah kurang tenggang rasa diantara ibu-ibu pelaku mommy wars tersebut. Tentu siapapun tidak ingin dicap "kurang atau bahkan tidak berusaha" menjalani perannya sebagai seorang ibu. Namun kadang manusia lupa bahwa tiap individu memiliki kadarnya masing-masing. Sungguh tidak bijaksana jika beranggapan apa yang dilakukannya adalah paling benar, dan memberikan komentar-komentar negatif atau bahkan menyalahkan ibu lain yang tidak melakukan hal yang serupa dengannya.

Ya, saya melahirkan melalui SC. Saya mengalami infeksi ketika persalinan dan denyut jantung bayi yang makin cepat membuat dokter obgyn memutuskan untuk menaikkan saya ke meja operasi demi keselamatan kami berdua. Ketika bayi sudah lahir ternyata baru diketahui bahwa tali pusatnya pendek, dan ini tidak bisa diprediksi sebelum kelahiran melalui USG. Tali pusat bayi yang hanya sekitar 15-20 cm tentu akan beresiko tinggi jika dipaksakan untuk dilahirkan secara normal. Semacam bayi saya melakukan bungee jumping, sudah berusaha masuk panggul tapi mental naik lagi. Jadi, saya tidak berkecil hati meskipun saya tidak bisa melahirkan dengan normal. Ini adalah jalan terbaik bagi kami.

Ya, saya mengalami baby blues. Perubahan hormon, perubahan keadaan dari hamil ke newborn baby mom, membuat saya stress. Saya tidak bisa beradaptasi dengan cepat dan enjoy pengalaman baru sebagai ibu baru. Saya menjalani operasi SC dimana saya butuh waktu lebih banyak untuk recovery. Saya panik dan akibatnya sinyal di otak tidak cukup memproduksi ASI.

Ya, saya exclusive pumping mom alias tidak direct breastfeeding alias tidak bisa menyusui bayi secara langsung. ASI saya terbatas karena stress tadi. Saya bermasalah dengan pelekatan, saya tinggal berjauhan dengan bayi, dan saya mengalami mastitis sehingga harus ke dokter bedah beberapa kali dan sampai sekarang masih harus rutin kontrol 6 bulan sekali. Tentu saja saya juga menggunakan susu formula untuk bayi saya karena berat badannya belum kembali normal di usia 3 minggu. Rencana awal yang hanya akan menggunakan sufor di awal-awal berubah seketika menjadi tandem ASI sufor sampai sekarang dengan proporsi ASI lebih sedikit daripada sufor karena setelah mastitis produksi ASI saya terjun bebas. Jangan ditanya asal muasal dan bagaimana rasanya rangkaian hal tersebut, mungkin perlu satu tulisan lagi khusus membahas hal itu. Post labour saya stress luar biasa, ditambah baby blues di awal kelahiran, bukannya happy tapi malah jadi sedih mellow sensi baper ga karuan.

Ya, saya working mom yang bekerja di luar rumah, di mana hal ini bisa menjadi hal yang dilematis ketika sudah menjadi ibu. Dengan kondisi saat ini yang juga masih berjauhan dengan anak kicik, tentu hal tersebut akan menjadi hal yang tidak menyenangkan untuk dijalani. Namun demikian, seiring dengan berjalannya waktu dan rencana-rencana yang ingin diraih, tentu saya masih ingin memiliki harapan dan semangat untuk menjalani apa yang saat ini sedang terjadi.

Pada akhirnya parenting adalah sebuah proses, bukan hasil. Proses yang mengharuskan kita untuk terus menerus belajar, trial and error, membaca dan mencari sumber pengetahuan baru, pun sedikit demi sedikit membersamai anak hingga kita kenal seperti apa anak kita dan cara mendidik yang bagaimana yang tepat untuknya. Tidak ada ibu yang sempurna, tapi setidaknya kita berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Apalagi di saat masih punya anak bayik balita seperti ini, mungkin saya bukan siapa-siapa bagi dunia, tapi saya adalah dunia bagi anak saya.

Fighting!
Pagi ini tadi tetiba baca FB temen dan terinspirasi buat ngepost tema yang serupa. It's about mommy wars. Hal yang ngga akan ada habisnya jika kita sudah tanpa sadar terjebak di dalamnya.

Sharing temen tadi menceritakan bagaimana mommy wars yang terus diperdebatkan seperti SC vs normal, ASI vs formula, ada yang postpartum depression vs feeling great after labour, working mom outside of the home vs working mom at home vs stay at home mom, ada yang menerapkan peaceful parenting vs tidak, ada yang punya anak pertama di umur hampir 40 dan hampir 20, semacam itu. Hal-hal tersebut adalah pilihan dan keadaan yang ibu jalani semata-mata demi kebaikan ibu dan anak. Tidak perlu dicari-cari kesalahannya yang berujung menyakiti hati seseorang, walaupun misalnya bermaksud baik. Namun maksud baik jika tidak dilakukan dengan cara yang baik maka tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.

Disadari atau tidak, ternyata dengan bertambahnya umur dan bertambahnya step kehidupan, ada banyak perubahan baik dari diri sendiri maupun lingkungan yang bikin personality seseorang berubah. Apalagi seorang wanita, khususnya seorang ibu, yang mengalami perubahan drastis dalam hidupnya hanya dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang. Let's say anak perempuan mengalami haid pertama di umur 12 tahun (sekarang sudah ada yang umur 9 tahun). Anak gadis menikah rata-rata umur 25 (setidaknya paling cepat lulus sekolah SMA lah baru menikah). Hamil paling cepat beberapa minggu setelah menikah. 9 bulan kemudian menjadi ibu. Paling cepat sekitar 6 bulan kemudian hamil lagi, dst. Artinya dalam usia belasan akhir atau 20-an seorang wanita akan bertubi-tubi berganti gelar hingga jadi seorang ibu. Padahal satu step saja luar biasa sekali rasa yang ditimbulkan, baik yang bikin hepi atau sebaliknya. Dan perlu diingat bahwa tiap step memiliki konsekuensi yang berbeda.


Nyemplung lagi ke dunia perdrakoran 'on going' setelah belasan tahun rasanya sungguh nano-nano..huff. Kayaknya terakhir nonton drakor sekitar tahun 2015 di jaman Descendants of The Sun dan Kill Me Heal Me. Itupun drakor maraton yang baru ditonton setelah banyak denger review sana sini yang bilang ceritanya bagus, episode tayangnya di TV udah tamat, dan udah tau endingnya ngga akan aneh-aneh. Waktu itu ngga kepikiran aja sih untuk nonton-nonton drakor apalagi yang on going, males downloadnya, dan yang paling berbahaya adalah takut addicted to drakor 😅. Kalo maraton kan dimelek-melekin seharian dan mager ga usah kemana-mana juga udah abis rasa penasarannya. Nonton episode dirapel juga bisa. Kalo yang on going? Ya wassalam, mamam tuh penasaran berhari-hari 😆.

(source : en.wikipedia.org)

(source : content.mbc.co.kr)

Masih keinget tuh rasa nano-nano nonton drama on going waktu jaman masih SMA. Ada Full House, My Sassy Girl, dan Jewel in The Palace yang diikutin banget dan meresap ke dalam hati. Kalau jaman sebelumnya lagi masih jaman drama Taiwan semacam Meteor Garden, My MVP Valentine (aihhh ketauan deh umurnya). Ditambah dengan tingkat ke-alay-an anak SMP di masa itu yang ngefans abis sama F4, kayaknya kalo diinget-inget jadi malu sendiri deh hahahaha (tapi tenang, ke-alay-an ngga sampe koleksi poster dan kalender gambar F-4 kok 😂)

(source : asianwiki.com)

(source : idntimes.com)

(source : pinterest.com)

Kalo masa masih kecil-kecil alay dramanya ini nihh

(source : wikipedia.com)

(source : oneandstory.blogspot.com)

Daann mendadak nonton drakor on going di masa tua udah ibuk-ibuk gini adalah berawal dari postingan account IG yang biasa update episode Running Man (Running Man ngga bikin addicted buat aku, cuma sesekali liat games2nya dan kelakuan member Running Man yang konyol aja, udah, abis), doi mendadak ngepost scene-scene drama Why Secretary Kim yang waktu itu baru jalan 2 episode. Penasaran sama isi dramanya, akhirnya lambat laun ngikutin lah scene-scene yang dipost sama account itu tadi. Makin ngga puas dengan scene yang dipotong-potong, mulailah beralih ke account di LINE yang ternyata biasa ngepost drakor-drakor baru full episode dalam Bahasa. Yah namanya jalan ceritanya makin bikin penasaran, mulailah nyari di Youtube, ada ngga yang langsung posting setelah drama tayang. Karena ceritanya ni drama tayang di TV Korea sono Hari Rabu dan Kamis malam, sedangkan account LINE itu baru posting di Kamis dan Jumat siang-sore (ya eyalah, kan diedit dulu scene-scenenya biar bisa dibagi-bagi dalam beberapa postingan, belum lagi translate bahasanya), lama-lama ngga sabar juga nunggu account LINE. Mulai deh tuh nyari-nyari di Youtube. Dan beruntunglah stasiun TV sana langsung menayangkan di portal resminya dia full episode yang lagi tayang malam itu. Walaupun ngga ngerti drakornya ngomong apa, setidaknya udah bikin rasa penasaran terobati sedikit lah.

Begitulah Why Secretary Kim ditonton sampai selesai, dengan rasa nano-nano nunggu postingan tiap minggunya, penasaran dan kepo dengan progress ceritanya, sampai browsing-browsing cast nya..hahahah. Mulailah kehaluan addicted to drakor dimulai. Tapi setidaknya addicted nya ngga parah-parah amat. Mungkin karena dirasa-rasa agak kurang sreg dengan bumbu cerita berupa kiss scene dan bed scene yang bertebaran dimana-mana ya. Tipe drama yang sebelumnya aku tonton ngga pernah yang gitu-gitu amat sih (mungkin beda selera aja penonton drakor satu dengan lainnya).

(source : en.wikipedia.org)

Nahh sekarang nih lagi seneng-senengnya nonton drakor Thirty But Seventeen. Lanjutan dari liat account-account IG juga sebenernya. Tapi entah kenapa drakor yang ini bikin gemassshh. Di samping castnya yang cuties, jalan ceritanya juga menarik. Ini termasuk drama yang light sih, comedy-romance yang ngga perlu bikin kening berkerut karena mikir soal pembunuhan atau misteri atau intrik sosialita. Realistis banget menurutku, dan buat sedikit nostalgia jaman SMA masuk juga. Tipe drama yang bisa bikin rileks dan bahagia tanpa harus berpikir berat karena tiap hari juga udah mikir berat *eh 😅

Bercerita soal gadis SMA umur 17 tahun bernama Woo Seo Ri yang harus terbaring koma akibat kecelakaan selama 13 tahun dan baru tersadar di usia 30 tahun. Dia harus beradaptasi dengan tubuh barunya yang sudah dewasa namun mental dan pikirannya masih remaja. Dia bertemu dengan Gong Woo Jin, pria 30 tahun seorang stage designer yang memiliki trauma masa lalu yang kelam sejak SMA hingga merubah kepribadiannya menjadi seseorang yang tidak peduli dengan sekitarnya.

(source : en.wikipedia.org)

Sama seperti waktu masih nonton Why Secretary Kim, drakor kali ini juga diawali dengan update di LINE, terus karena lama updatenya akhirnya scrolling ada account IG personal seseorang yang suka nonton live streaming dan memposting scene by scene di lapaknya. Kebetulan portal resmi stasiun TV nya ngga kayak Why Secretary Kim yang langsung posting episode terbaru real time. Dan bukan itu aja yang akhirnya aku pantau. Ada beberapa fanbase drakor ini yang aku pantau juga. Sesekali mereka posting moment-moment di drakor, dengan caption segala rupa, eh kok aku doyan dengan postingannya dan baca comment-comment yang masuk ya? Gawat. Mulailah kehaluan dimulai 😥😱

Drakor ini tayang di Korea Senin malam dan Selasa malam. Jadi Senin malam pantau scene live streamingnya yang tanpa translation. Selasa siang liat lagi full episode yg udah ada translationnya. Selasa malam pantau scene live streaming lagi. Rabu siang full episode lagi. Kamis sampai Senin cek account-account IG, siapa tahu ada spoiler-spoiler atau info lainnya. Hiyaaa...gini amat sih An??? Yah begitulah kalo udah addicted, tanpa sadar jadi tune in sekali sama drakor itu. Apalagi drama on going, rasa penasarannya jadi berkali-kali lipat. Bapernya awet. Bahkan ada caption yang soooo trueee di salah satu IG fanbase tadi. "I invested so much feeling in this drama" 😭

Minggu depan udah masuk episode terakhir. Rasanya nano-nano bangettt. Antara penasaran sama endingnya, ngga pengen pisah sama drakornya, baper sama scene-scenenya, halahh. Kayaknya harus pikir-pikir lagi nih kalo ada yang ngasihtau ada drakor on going yg bagus. Takut addicted berlebihan kayak gini lagi 😑. Walaupun memang ngga semua berakhir seperti ini. Kayak barusan kemarin sambil jalan nonton Familiar Wife yang juga on going, tapi di tengah-tengah akhirnya berhenti karena ngga sreg lagi dengan jalan ceritanya. Tapi kalo harus addicted lagi kayak Thirty But Seventeen ini waaaaah..lemah hati aku Bangg! 😩
Anak kicik goes to The Zoo! Ini agenda yang sudah kami rencanakan sejak beberapa minggu lalu mengingat anak kicik sudah makin ngeh dan ngerti lingkungan sekitar, kami mencoba membawanya ke Batu Secret Zoo. Ide ini sudah ada sejak dia masih kurang dari setahun. Tapi karena takut daya tahan fisiknya masih lemah (karena kebun binatang juga tidak bisa diprediksi 100% binatangnya sehat semua), kami menunda sampai setidaknya doi berumur setahun.

Kami mengajak si Bibik juga biar si Bibik ikutan refreshing dan jalan-jalan. Bibik belum pernah ke kebun binatang seumur hidupnya. Jadi perjalanan kali ini adalah first experience buat si bayik dan si bibik. Saya sendiri sudah dua kali kesana, tapi sudah bertahun-tahun lalu. Denger-denger sih sudah ada banyak perubahan yang lebih kece di sana.

Berangkat habis dhuhur, ternyata Hari Sabtu itu tidak seramai yang kami duga. Sepertinya peak-nya di Hari Minggu sih. Untungnya kalau tidak segitu ramai bisa menikmati pemandangan dengan santai tanpa harus berisik dan terburu-buru.

Oh ya, awal perjalanan sudah dibuat heboh dengan anak kicik yang memuntahkan semua makanan siangnya di mobil dan di baju emaknya for sure. Rupanya setelah kekenyangan makan, doi sempat diminumi susu juga. Dan tingkah doi di mobil yang bolak-balik makinlah menambah hasrat ingin muntahnya dia. Akhirnya begitu mau sampai TKP, dimuntahkanlah semua makanannya. Si bayik ada baju ganti, namun emaknya ngga prepare sama sekali. Akhirnya terpaksa ke stand oleh-oleh yang jualan baju dengan tulisan "Batu" segala macam rupa untuk dipakai sebagai baju ganti.

Binatang yang ada di sana makin lengkap, konsep pembagian tema-nya juga makin bagus. Binatangnya terawat, bahkan singa dan harimaunya pun berbulu muluss, nyaris seperti boneka 😄. Nampaknya binatang-binatang di sini dirawat dan dipelihara dengan baik. Ada beberapa binatang yang baru lahir juga di zoo ini. Di samping itu, adanya beberapa kids zone yang free alias gratis sangat memudahkan kami emak-emak anak kicik yang kesulitan mencari tempat aman dan nyaman untuk anak-anak merangkak dan berjalan tanpa takut sakit kalau jatuh.

Jelang late lunch anak kicik baru boci di stroller yang baru kali ini kejadian dia bisa bobok di stroller. Jangankan tidur, biasanya doi susah sekali ditaruh di stroller di saat jalan-jalan ke mall atau ke car free day.

Batu Secret Zoo recommended untuk mengenalkan dunia binatang kepada anak. Mungkin memang terlalu dini untuk membuat balita mengerti dan paham jenis-jenis binatang dengan tepat. Akan tetapi berwisata ke kebun binatang dapat menjadi alternatif wisata yang menarik selain ke mall ataupun ke pusat perbelanjaan.







Setelah sudah lebih dari 3 bulan tidak berkunjung ke rumah sakit untuk imunisasi, akhirnya tiba waktunya untuk imunisasi usia 1 tahun buat si anak kicik. Imunisasi kali ini adalah imunisasi booster yang tidak dicover asuransi karena bukan imunisasi dasar. Setelah cross check ke dua rumah sakit langganan, akhirnya diputuskan imunisasi ke rumah sakit yang bukan rumah sakit utama.

Kenapa bukan rumah sakit utama? Jadi ceritanya adalah sejak Risyad lahir sampai beberapa bulan setelahnya, kami berobat ke salah satu RS yang cukup terkenal di Malang karena pelayanan yang bagus, selalu sesuai SOP, dan fasilitas yang memadai. Walaupun bukan RSIA, namun pelayanan dokter obgyn dan dokter SPA (spesialis anak)-nya oke. Tidak heran kalau RS ini jadi hits di kalangan mamak-mamak hamil menyusui dan yang punya anak kecil. Saya juga by accident jadi beruntung bisa melahirkan dan berobat di sini padahal sebelumnya RS ini adalah RS yang tidak dicover asuransi kantor. Bersyukur deh di saat dibutuhkan ternyata ada rejeki melahirkan di RS yang jadi idaman.

Kontrol setelah melahirkan, kelas laktasi, imunisasi, beberapa kali Risyad sakit, kami selalu ke RS utama ini. Namun semakin ke sini ada pergeseran layanan yang menjadikan ada perubahan rasa berkunjung ke RS ini. Ternyata sehari setelah Risyad lahir, RS ini ditunjuk untuk melayani askes dan BPJS setelah sebelumnya tidak. Ke-hits-an RS ini ternyata berimbas pada makin banyaknya pasien yang berobat karena ditambahi pasien dari askes dan BPJS. Mungkin karena bertepatan dengan jadwal renovasi atau efek ketidaksiapan manajemen RS menghadapi membludaknya pasien, antrian pelayanan dan alur waktu tunggu dalam satu kali berobat bisa sangat panjang. Kalau cuma sekedar imunisasi masih bisa dihandle lah ya anaknya, masih bisa diajak main ke sana kemari. Kasihan kalau sakit, waktu menunggu bisa jadi bikin anak cranky dan ortunya makin emosi.

Dengan pertimbangan itu akhirnya kami beralih ke RSIA yang lebih dekat rumah dan lebih sepi antriannya tanpa mengesampingkan kualitas pelayanannya. Toh juga sama-sama bayar sendiri. Di samping itu, entah kenapa tarif imunisasi PCV nya beda jauh, padahal merk vaksinnya sama-sama Prevenar 13. Di RS utama menggunakan HET IDR 850.000 belum biaya admin dan dokter, sedangkan di RSIA yang kami pilih IDR 860.000 sudah all in. Tentu saja kami makin yakin ke RSIA itu tadi.

Sebenarnya untuk proses imunisasinya seperti biasa. Hanya saja kami menunggu cukup lama karena dokternya tidak kunjung datang. Sedangkan respon anak kicik, ternyata dia lebih cepat menyadari imunisasi itu sakit daripada yang kami prediksi. Baru ditimbang saja sudah jejeritan, apalagi waktu disuntik. Pasrah deh dia teriak dan berontak sekenceng mungkin. Risyad tipe bayi yang suaranya kenceng tapi bukan melengking. Jadi memang suka bikin panik sih kalo dia nangis sejak new born. Tapi untungnya dia tipe yang cepat berhenti nangis juga. Alhamdulillah imunisasi done!

Pada akhirnya kalau membahas pelayanan rumah sakit, akan berujung pada pertanyaan, jadi sebenarnya apakah pemerintah sudah cukup menjadikan kesehatan sebagai layanan prioritas kepada masyarakat? Saya tidak ingin menjadikan pertanyaan ini jadi berbuntut panjang atas argumen banyak pihak yang saling berbenturan satu sama lain. Saya bukan orang yang berkecimpung di dunia medis. Saya hanya masyarakat biasa yang kebetulan menggunakan asuransi kantor dalam pelayanan rumah sakit. Ya saya tahu diri, karena dicover asuransi yang punya plafon tertentu, pelayanan rumah sakit yang saya terima pun ada batasnya. Namun bagaimana dengan fasilitas pelayanan yang akan diterima teman-teman pengguna askes dan BPJS yang jumlahnya di luar sana sangat banyak? Apakah RS sudah memberikan pelayanan yang adil dan berimbang?
Flash back sekitar 20 tahun lalu, itu adalah kali pertama aku punya buku harian. Berawal dari buku tulis sampul coklat sisaan yang tidak dipakai sebagai buku pelajaran, dicobalah buku itu sebagai buku harian pertama. Yah namanya anak SD, apa sih isinya. Paling cuma cerita hari ini pelajaran apa, di sekolah ada kejadian apa, sudah. Ngga ada tuh namanya meluapkan perasaan melalui tulisan. Mungkin buku harian pertamaku lebih mirip buku pelajaran Bahasa Indonesia kali yah 😅

Bergeser jadi murid SMP, mulailah buku harian menjadi ajang peluapan perasaan, haha. Berawal dari ikut-ikutan temen-temen yang punya taksiran masing-masing, trus dengan serta merta ngasal nyari siapa yang bisa ditaksir, eh terus ada yang minta kenalan, trus lalu mulai suka sama yang ngajak kenalan..OMG alay banget sihhhhh. Tapi ya memang begitulah adanya, masa remaja yang pernah alay juga.

Ngga hanya soal taksiran, buku harian jaman SMP diisi juga dengan persahabatan, geng ala-ala AADC *ngakunya, padahal kenyataannya tidak seindah harapan 😜. Ditambah dengan sederet kegiatan sekolah yang dijalani dengan rasa seru ketika itu, walhasil buku harian SMP ada lebih dari 3 buku! Yah walaupun ukurannya bervariasi sih, tapi menurutku itu wow kalo dipikir-pikir sekarang, haha. Sehari bisa nulis lebih dari 4 halaman buku diary besar. Dan buku itu jadi saksi nostalgia waktu jaman SMA (anak SMA mengingat cerita SMP maksudnya).

SMA mulai ketemu teman-teman baru dengan kegiatan yang jauh berbeda dengan SMP. Karena temen geng SMP berpencar beda sekolah, rasa persahabatan SMA jadi agak beda sih. Mungkin juga karena lingkungan dan tipe teman-teman SMA yang relatif beda dengan teman dekat waktu SMP, jadi tidak terlalu banyak cerita di diary SMA. Rasanya cerita taksir-taksiran jaman SMA ngga se wow SMP juga. Entahlah SMA ngga terlalu interest dengan hal itu. Mungkin karena belum bisa move on, atau belum bisa memulai awal baru *eaa

Total diary dari awal sampai SMA bisa dikumpulkan jadi satu box sepatu penuh. Entahlah disimpan di mana sekarang. Kalau nanti suatu saat dibaca lagi, kayaknya mau ngabur aja deh. Ngga kuat alaynya. hahaha.

Kuliah apalagi, males menulis bangeeett. Ada peristiwa apapun lebih enak mendokumentasikan langsung via foto. Jadi kalau mau nostalgia, palingan liat sampai habis urutan foto itu,

Begitulah adanya kenapa gaya tulisan dan pengungkapanku di blog ini masih jauh dari sempurna. Menulis ibarat latihan yang harus selalu diulang-ulang. Sekali vakum maka untuk memunculkan sisi penulis ini tadi butuh effort&doa yang luar biasanya 😄




Bukan, judulnya bukan ikut-ikutan judul buku yang jadi film (*** in the city) yang terkenal itu yah. Isinya juga ngga sama euy. Bingung aja mau dikasi judul apaan, dan kemudian terlintas kalimat itu, hahaha.

Jadi ceritanya weekend ini sampai Idul Adha aku ke Kerinci untuk bertemu dengan keluarga besar calon adik ipar. Pesawat yang kami naiki dari Jakarta ke Jambi adalah Senin pagi-pagi, jadi kami memutuskan untuk stay di Jakarta semalam ini. Berhubung nyampe Jakarta masih siang, aku dan suami berencana untuk main ke tempat kita dulu pacaran sekalian nostalgia, *uhuk

Tempat yang akan kami kunjungi adalah Pacific Place karena disitulah kami pacalan berkedok kerja. Ya, aku berkantor di seberang PP, sedangkan mas bojo di office buildingnya PP. Jadilah kami nyolong waktu pacalan after office hour disitu.

Kenapa dibilang nyolong, karena ada dua alasan sih. Pertama, kami pacalan backstreet dari teman-teman, dan kedua karena aku sering dapat kerjaan di luar kota. Sekalinya balik ke Jakarta adalah untuk lembur berminggu-minggu. Jadinya disempet-sempetin lah itu jadwal pacalannya 😆.

Melintasi tunnel di bawah PP, kebayang gimana muka mas bojo di masa itu. Kalo pulang kantor pas bisa tenggo, pasti janjian di PP. Waktu itu sih mas bojo masi kutilang dan pake baju office look, yang mana sekarang udah ngga pernah dipake samsek 😄.


Pindah spot, seberang PP adalah kantor pertamaku. Kalo lokasi ini begitu dilewati rasanya jadi agak nano-nano sih. Kebayang awal-awal kerja as fresh graduate dari daerah yang harus struggle dengan ibukota, adaptasi dengan kerjaan dan rekan kerja yang high intense dan full expectation, pertama kali harus tinggal jauh dari keluarga, macem-macem deh. Ga berasa udah 6 tahun lalu, one of the hardest part in my life sih ini, haha. Sekaligus one of the sweetest moment sama sahabat-sahabat kuliahku yang berjuang bersama dari nol. Banyak banget pelajaran dari tahun-tahun itu yang priceless, dan ngga akan bisa terganti.


Dan di daerah ini juga mengingatkan kami akan TKP ketauannya kami pacalan setelah beberapa lama backstreet dari teman sepermainan 😅. Jadi ceritanya aku dan mas bojo adalah satu jurusan beda angkatan yang jadi teman sepermainan di himpunan mahasiswa. Tentu inner circle kami adalah orang-orang yang sama, dan kami udah temen banget satu sama lain. Ketika perasaan "temen" berubah naik level jadi "bukan sekedar temen", tentu akan mengubah peta pertemanan dengan teman lainnya juga. Kami memutuskan untuk backstreet dulu agar situasi tetap kondusif. Namun yang namanya nasib, sepandai-pandai tupai melompat pasti jatuh juga. Kami ketauan oleh teman yang biasa jadi pembawa berita hosip terbaru di lingkaran kami. Habislah sudah riwayat backstreet itu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya 😑.


Kami sudah cukup lama ngga berkunjung ke Jakarta. Melihat pembangunan yang cukup banyak membuat wajah ibukota yang ada di ingatan bertahun-tahun lalu mulai memudar. Jakarta yang kuingat tidak sama dengan Jakarta yang kulihat hari ini. Kami sama-sama tumbuh dari beragam sisi yang berbeda. Di jalan bolak-balik membahas sama mas bojo, kami sama-sama membayangkan, gimana seandainya kami masih tetap disana dan memutuskan meneruskan hidup disana. Kalo udah ada anak kicik seperti saat ini, gimana kehidupan kami disana? Banyak pertanyaan yang terus berlanjut.

Sekali lagi, life is all about choice. Ketika ada satu titik kita harus memilih, pilihan itu akan membawa konsekuensi jangka panjang. Ngga cuma buat kita, tapi juga untuk suami, anak, keluarga besar, semua akan terdampak. Hidup bisa berubah karena satu pilihan itu. Mau hidup seperti apa dan bagaimana, semua tergantung kita sendiri.

Good night Jakarta, it's nice to see you again.




Kalau dihitung mundur, kurang lebih masa SMP kelahiran tahun 1988 mostly adalah dimulai tahun 2000 (18 tahun lalu). Sedangkan akhir SMA sekitar tahun 2006 (12 tahun lalu). Sudah lewat satu dekade masa-masa itu dijalani, dan kehidupan sebagai manusia dewasa sudah terlihat semakin nyata. Sekarang sudah masuk kepala tiga, dan tentu kita yang sekarang jauh berbeda dengan kita waktu itu.

Pemikiran random ini dimulai dari diinvite-nya saya ke dalam grup whatsapp teman-teman SMP beberapa waktu lalu. Kebetulan waktu SMP pernah punya geng cewe yang masih berlanjut sampai sekarang. Memang kita semua pernah alay di masanya. Kalau ingat apa aja yang pernah dilakukan dengan geng ini semasa sekolah, kayaknya kalau waktu itu ada masalah besar pun ngga ada apa-apanya dibanding masalah dan tanggung jawab yang dihadapi saat ini. Kemudian tertawa dalam hati, kenapa waktu itu lebay ya. Kenapa waktu itu bodoh ya. Kenapa waktu itu ngga pikir panjang ya. Endesbre endesbre.

Alhasil ketika masuk grup itu, membaca percakapan, serta melihat member grup, berbagai ingatan masa lalu datang. Saya yakin setiap orang punya ingatan masa remaja yang istimewa. Cerita mengenai sekolah, guru, teman, sahabat, gebetan, pacar, semua mewarnai hidup anak remaja yang beranjak dewasa. Kalau SMA udah agak bisa mikir lebih mateng lah. Kalau SMP kayaknya masih jet lag peralihan dari anak-anak ke remaja.

Kalau untuk SMA, 2 tahun lalu sudah ada reuni 10 tahun lepas SMA. Jadi sudah ada bayangan lah seperti apa teman-teman sekolah di masa sekarang. Tapi kalau untuk SMP, sudah terlalu jauh rasanya untuk diingat lagi. Walaupun mostly anak SMP saya bersekolah di SMA yang sama dengan saya, namun teman-teman dekat dan sahabat saya beda SMA. Agak sedikit penasaran dengan kabar mereka hari ini, karena sudah tidak satu SMA dan satu kampus dengan mereka.

Salah satu jendela kepo adalah Facebook. Dulu waktu masih kuliah rajin banget update di FB. Begitu kerja langsung hiatus. Sekarang juga sudah jarang sih. Paling hanya update di saat-saat tertentu. Di antara sekian media sosial, kayaknya FB yang paling tau masa lalu kita, dan progress hingga hari ini kalau ada yang masih update sesekali. Ada yang dulu begini, sekarang tetap begini. Ada yang dulu begini, sekarang jadi begitu. Macam-macam keadaannya. Kepo lewat FB pasti bisa sampai berjam-jam, apalagi kalau yang dikepoin banyak, haha.

Saya teringat dengan apa yang dikatakan VP saya waktu interview masuk kantor yang sekarang. "Apa yang sudah kita lewati di masa lalu, mau sekolah di mana, jurusan apa, sekolah bagus kek, atau peringkat tertinggi kek, itu semua tidak akan ada artinya kalau tidak diperjuangkan hingga titik ini. Itu semua hanya romansa masa lalu. Yang paling penting adalah di titik mana kita sekarang."

Saya berpikir, in the end, life is all about survive. Masa lalu memang membentuk seseorang hari ini. Tapi masa depan sangat bisa dibentuk mulai sekarang. Jadi, mau jadi apa Anda hari ini?